Rabu, 17 Februari 2010

Kaligrafi Merupakan Seni

Membaca sejarah tentang pertama sekali wahyu diturunkan Allah SWT. kepada Malaikat Jibril, dihafalkan oleh Rasulullah. Namun semakin banyaknya wahyu yang turun, kekhawatiran Nabi terhadap bercampurnya antara hadis dan ayat, bermula dari sanalah Nabi memerintahkan sekretarisnya untuk menuliskan wahyu itu. Ketika itu diantara sekretaris Nabi yang setia mendampingi adalah Zaid binTsabit. Dari sanalah ayat-ayat dituliskan di atas pelepah kurma, pada kulit onta, pada tulang-tulang yang suci. Semasa itu belumlah seperti tulisan Arab yang saat ini kita lihat dalam kepingan Mushaf Al-Qur’an. Belum berharkat, belum pula di bubuhi identitas huruf, seperti titik.

Istilah kaligrafi yang berarti tulisan indah itu menjadi satu tak terpisahkan dengan iqra’. Perintah Tuhan dalam surat al-Alaq , Ayat 1-5 dari surat ini adalah ayat-ayat Al Quran yang pertama sekali diturunkan, yaitu di waktu Nabi Muhammad s.a.w. berkhalwat di gua Hira'. Dimana Pokok-pokok isinya, diantaranya perintah membaca Al Quran. Allah menjadikan kalam sebagai alat mengembangkan pengetahuan. Tak ada yang bisa dibaca jika tak ada tulisan. Makanya kenapa berkaligrafi itu suatu hal yang penting, Muhammad Ali al-Shabuni dalam bukunya Shafwat al-Tafsir, menafsirkan ayat: inna nahnu nazzalna zikra wa innalahu hafizun, menafsirkan bahwa al-Qur’an akan terpelihara hingga hari kiamat dalalm dadanya pada qari/hafiz dan tulisannya pada khattat ( kaligrafer).

Jawaban lain mengapa berkaligrafi itu penting? Adalah sesuai dalam sebuah bukunya, “Dinamika Kaligrafi Islam�, 1992, D. Sirojuddin. AR, mengutip beberapa ungkapan, bahwa kaligrafi sering dilukiskan sebagai kecantikan rasa, duta akal, penasehat pikiran, senjata pengetahuan, penjinak saudara dalam pertikaian, pembicaraan jarak jauh, penyimpan rahasia dan khazanah pelbagai masalah kehidupan.

Sanggar kaligrafi Islam al-Aqlam

Sebagai alasan terkuat kenapa keberadaan sangar kaligrafi Islam di bawah naungan Fakultas Ilmu-Budaya-Adab, IAIN Imam Bonjol Padang, harus tetap eksis, karena al-Qur’an adalah mata rantai penghubung antara tulisan Arab dan dunia Islam, maka menjaganya dari setitik kesalahan adalah wajib. Ketentuan ini berlaku, baik untuk memenuhi kebutuhan estetis maupun untuk keperluan funsional. Anak binaan dari sanggar kaligrafi Islam al-Aqlam itu telah mengharumkan nama Sumatera Barat untuk bidang khattil Qur’an atau lebih dikenal dengan nama kaligrafi Islam. Demikianlah seperti yagn ditulis Drs. Muhapril Musri, M.Ag (ketua sanggar sekaligus pembina kaligrafer) dalam selebaran.

Telah berjibun prestasi yang dihadiahkan oleh tokoh kaligrafer yang terlahir dari pembinaan Drs. Irhash A. Shamad M. Hum (sekarang Dekan Fakultas Adab), Drs. Muhapril Musri, M. Ag, Bustanul Syukri, MA, Yusri Amir, M. Ag, A.M.Y. Dt. Garang, sampai saat ini masih memberikan pembinaan terhadap kawula muda/mudi yang ingin berkreatifitas di bidang seni Islam yang tinggi itu. Kesuksesan yang telah diraih oleh para kaligrafer adalah berkat perjuangan dan pembinaan yang intensif.

Pada sanggar ini mereka belajar dan mendalami kaligrafi berstandar baku internasional, merujuk kepada karya master kaligrafi sekaligus bapak kiblatnya kaligrafer yaitu, Hasyim Muhammad al’Baghdadi, , Sayyid Ibrahim, Muhammad Haddad, dan masih banyak lagi kaligrafer dari Timur Tengah. Di sanggar mereka mempelajari, khat naskah, khat tsulut, diwani, diwani jaly, kufi, farisi, dan riq’i. Sebagai khat wajib dalam perlombaan MKQ (Mushabaqah Khattil Qur’an) yang terdiri dari tiga cabang lomba, cabang naskah, hiasan mushaf, dan dekorasi.

Sanggar kaligrafi Islam yang mengambil nama dengan merujuk kepada nama “kumpulan pena-pena� Keberadaan sangar kaligrafi Islam di bawah naungan Fakultas Ilmu-Budaya- Adab, IAIN “Imam Bonjol Padang, telah mengharumkan nama Sumatera Barat untuk bidang khattil Qur’an atau lebih dikenal dengan istilah kaligrafi Islam.

Sanggar kaligrafi al-Aqlam sejak 26 Agustus 1989 telah menampakkan signifikan perkembangan yang luar biasa dari tahun ketahunnya. Terlebih pada tujuh tahun terakhir dengan dimulainya di daperolehnya juara tiga oleh Merizawati pada MTQ nasional Palangkaraya, cabang dekorasi dan harapan tiga oleh Etika Vestia cabang hiasan mushaf. Perkembangan sangat luar biasa ini tidak dapat dipisahkan dari kerja keras peserta dan pembinaan intensif yang dilakukan di sanggar al-Aqlam. Mereka dilatih langsung oleh Master kaligrafi Nasional dan Asean dari Sumatera Barat. Termasuk juga tidak kalah sokongan dari juri nasional dan ASEAN, Dr. D. Sirojuddin, AR. dari lembaga kaligrafi Lemka Sukabumi. Salah seorang master kaligrafi yang cukup harum namanya dan sangat dikenal di kalangan kaligrafer muda di seluruh Indonesia.

Ditilik dari jumlah peminat yang mendaftarkan diri pada kursus kaligrafi hal ini dapat dinilai bahwa kaligrafi prospen dunia kaligrafi cukup cerah ke depannya. Demikian juga menyaksikan karya-karya peserta MTQ di ke XXXII di Payakumbuh tahun kemarin, menampakkan loncatan perkembangan yang sangat drastis ketimbang pada MTQ di Padang Pariaman, Sawahlunto Sijunjung, pada tahun sebelumnya. Hal ini sangat dipicu oleh para peserta sudah mengikuti perkembangan kaligrafi dari daerah Jawa, yang memnag dari segi perkembangan mereka lebih cepat dan drastis.

Tiap angkatannya selalu saja muncul kaligrafer handal yang siap memberikan sumbangsih terhadap perkembangan dunia kaligrafi di Sumatera Barat khususnya dan Indonesi pada umumnya. Lembaga kaligrafi yang satu-satunya di Sumatera Barat pada MTQ nasional di Kendari tahun 2004 lalu memberikan nama harum untuk Sumatera Barat termasuk cabang kaligrafi. Pada perhelatan akbar itu Sumatera Barat, cabang kaligrafi meraih dua juara dan satu harapan dari sekian banyak cabang yang diikutkan. Disamping juara cabang lainnya. Disinilah kerja keras itu dapat dinikmati hasilnya, meskipun pihak pemerintah akhir-akhir ini mulai menampakkan sedikit perhatian untuk sanggar kaligrafi Islam al-Aqlam sungguh sangat layak menerima sumbangsih tersebut. Cabang yang meraih kejuaran, masing-masing, Juara II cabang MKQ oleh Etika Vestia dan juara III diraih oleh Ade Setiawan, serta harapan III oleh Merizawati. Apakah ini tidak cukup membuktikan bahwa sanggar kaligrafi al-Aqlam mampu membangkitkan gairah pemerintah dan masyarakat untuk menilik kepada seni Islam kaligrafi. Di samping prestasi tingkat nasional juga kaligrafer Sumbar, Irhash A. Shamad, Muhapril Musri, Ade Setiawan. pernah juara lomba kaligrafi tingkat ASEAN. Termasuk juga Yusri Amir dan Bustanul Syukri, Hafid Al-Hadi yang ikut serta dalam lomba kaligrafi tingkat dunia internasional yang di adakan secara sekali dalam empat tahun di Istanbul Turki.

Semenjak lahirnya sanggar sudah berkali-kali mengadakan pameran baik di tingkat lokal, daerah maupun naisonal serta luar negeri. Pameran bersama yang pernah diikuti oleh peserta dari sanggar adalah pameran besar Sumatera Barat yang diadakan beberapa kali di taman budaya, BRI cabang Bgd. Aziz Chan, di Galeri Nasional Jakarta, dan di Malaka. Dalam bulan ramadhan nanti akan diadakan pameran kaligrafi di Taman Budaya Sumatera Barat.
Namun lembaga kaligrafi berada di bawah naungan fakultas Adab ini belum mendapatkan perhatian selayaknya dari pihak rektor dan pemerintah Sumatera Barat. Sebenarnya kalau saja pemerintah mengelola aset serta gudangnya kaligrafer ini dengan baik, mungkin prestasi Sumbar akan lebih meningkat di tingkat nasional bahkan internasional. Seharusnya pemerintah mengintensifkan pelatihan kaligrafi ini sebagai ladang prestasi pada MTQ nasional yang akan diadakan di Banten medio tahun 2008.

Demikian juga halnya tanggapan masyarakat terhadap kaligrafi. Hampir ditemukan bahwa masyarakat sekarang ini kembali menampakkan tindakan ke arah religi. Masyarakat perlu penyadaran, seperti penampakan-penampak yang luar biasa dari alam belakangan ini, tulisan Allah dan Muhammad dibentuk awan, pada telinga bayi, pada kulit buah, pada permukaan terlur, di tanah bekas longsor, dan demikian banyak bencana melanda, banjir, tanah longsor, hutan terbakar, penyakit merajalela, hama tanaman, issue, masyarakat perlu benteng untuk memperkokoh keimnannya. Masyarakat banyak kehilangan pegangan. Padhal al-Qur’an dan ayat Tuhan khauniyah bisa dijadikan pegangan sangat penting. Sebagai contoh banyak kita temukan karya-karya kaligrafi di atas angkot sebagai aksesoris mobil mereka, demikian juga poster-poster atau sablonan kaligrafi pada kain, berisi ayat kursi atau ayat, ayat pendek, juga lukisan yang banyak permintaan masyarakat. Hanya saja lukisan tidak semurah yang mereka harapkan. Perekonomian masyarakat yang terbilang rendah sangat berpengaruh kepada harga seni. Bila dipandang dari segi tingginya permintaan masyarakat dan apresiasi masyarakat terhadap karya kaligrafi yang terkemas dalam bentuk garapan apa saja, bisa dalam bentuk poster, pin, logo, desain buku islami, kaligrafi dekorasi dalam interior masjid, di perkantoran serta toko-toko bahkan sampai kepada rumah-rumah masyarakat.

Masyarakat minangkabau yang notabenenya sangat menjujung nilai-nilai syar’iyah menjadikan karya kaligrafi sebagai hasil kesenian yang dipandang tidak saja bernilai keindahan saja namun lebih kepada nilai-nilai religi yang termaktub di dalam karya tersebut.

Orang-orang sering menjadikan ayat-ayat al-quran yang mulia itu sebagai benteng dan lahan memperbanyak ibadah dan juga meningkatkan nilai-nilai zikrullah yang tinggi dan perlu diagungkan dalam kehidupan masyarakat minang yang berfilosofi adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah (ABS-SBK), syara’ mengatakan, adat memakai. Wujud visual dari ayat-ayat itu dapat ditemukan dalam bentuk sentuhan seni berupa hasil seni, dalam bentuk keramik, lukisan kaligrafi, ukiran kayu, ukiran logam, sablon kaligrafi, poster kaligrafi serta desain interior bangunan Islam seperti masjid-masjid atau mushalla-mushalla yang menjamur di ranah tercinta ini.

Indikasi yang manampakan besarnya permintaan masyarakat akan karya kaligrafi menunjukan bahwa masyarakat haus akan nilai-nilai keislaman dan sebagai penunjukan jati diri bahwa kaligrafi islam adalah warisan budaya yang berestetika tinggi. Seperti yang dikemukan oleh Drs. Irhash A. Shamad saat berbincang dengan saya di sangar al-Aqlam. Di samping bernilai keindahan penikmatnya atau masyarakat dapat memperoleh jalan untuk beribadah dengan membaca dan mengamalkan isi dan maksud yang terkandung dalam karya yang diolah dari ayat-ayat Tuhan yang maha tinggi dan suci. Kebanyakan dari rumah masyarakat muslimim menghiasi rumah dan gedung mereka dengan sentuhan seni kaligrafi apakah itu dalam bentuk lukisan, kriya logam, kriya ukir kayu, sablon kain atau poster, atu berupa karya keramik dan media lain. Masyarakat memandang bahwa menjadikan kaligrafi sebagai benteng kekuatan seorang muslim untuk terus mendekatkan diri kepada sang Khalik.

Bukankah menulis dan membaca ayat-ayat Tuhan bagian dari ibadah? Masyarakat minangkabau yang mayoritas muslim sangatlah peduli dengan kaligrafi. Mereka senang memajang karya-karya kaligrafi di rumah sebagai penghias rumah mereka, hati mereka, jiwa mereka dan kehidupan mereka. Dewasa ini masyarakat sepertinya kehilangan pegangan. Gamang. seperti berjalan tanpa tongkat yang kokoh, seaakan ingin menemukan kembali jati diri yang seseungguhnya.

Kesadaran akan agama sangatlah tinggi, toh nyatanya animo masyarakat akan kaligrafi dilihat dari permintaan masjid dan masyarakat akan hasil karya kaligrafi sangat besar. Tingkat sumbangan dan wakaf masyarakat religius yang saling berlomba-lomba membangun rumah ibadah di berbagai tempat. Mereka juga peduli kepada hal-hal yang mampu mempertebal tabungan amal mereka dengan berseni. Dan menjadikan seni kaligrafi sebagai media untuk selalu menjaga tingkahlaku dan perbuatan yang akan diambil. Karya kaligrafi tidak hanya sekedar pajangan yang terpajang sama seperti hisan lainnya, yang hanya bermuatan estetis saja, namun keunggulan kaligrafi mampu meberikan sentuhan magis yang mengarah kepada Zikrullah. Amin.

0 komentar: